KASIH ORTU SEPANJANG JALAN, KASIH ANAK SEPANJANG…FUSSILI?
(Untuk semua yg merasa punya orangtua, terutama yg masih bergantung pd orangtua.)
Tidak ada yg sempurna di dunia ini. Seringkali keinginan tidak sejalan dg kemampuan. Mimpi tidak dapat jadi kenyataan. Mengidamkan keluarga harmonis, penuh kasih sayang, sejahtera, sentosa pun tidak mudah terlaksana.
Tiap anak pasti mengidamkan ortu yg ideal menurutnya. Batasan ideal ini juga bisa bejibun variasiny. Ada yg cukup sederhana dan masuk akal. Ingin ortu selalu ada jika ia ditimpa masalah, always there to listen, their hands always catch them whenever they fall. Selalu hadir pd saat-saat istimewa. Dan...mampu membiayai mereka hingga siap utk mandiri.
Lingkungan pergaulan, tayangan film dan TV series diakui atau tidak, sangat mempengaruhi isi kepala dan hati anak-anak. Mayoritas tayangan impor dari USA membius penonton dan menjadi referensi gaya hidup. Hal ini sudah berlangsung puluhan tahun, sejak rakyat sudah dapat suguhan film dan TV asing. Gaya hidup a la USA bukan hanya menggiurkan kita, tapi seluruh dunia lho. Kapitalisme Amerika, diakui maupun tidak, berhasil menaklukkan peradaban dunia. Fastfood, soft drinks dan jeans adalah contoh paling bagus keberhasilan penjajahan Amerika. Sekarang, teknologi informasi dan komunikasi pun dikuasai , sampai aku pun jadi korban. Blackberry, iPhone, Microsoft, Macintosh.... Lha habis gimana lagi, wong memang teknologi mereka unggul sih!
Pendek kata, masyarakat maju adalah masyarakat modern, dan modern identik dengan Amerika.
Makanya orang sekarang kalau mau dibilang gaul ya harus modern. Kalau mau dibilang modern ya harus berkiblat pada gaya hidup Amerika, secara contoh yang paling banyak beredar ya itu.
Di film-film Hollywood, para teenagers ke kampus atau ke sekolah banyak yang pake mobil pribadi. Sinetron Indonesia ikutan. Di film-film Hollywood, remaja sudah sexually active sejak 14 - 15 tahun, bahkan lebih dini. Kalau telat malah malu. Sinetron ikutan. Kalau sejak balita anak-anak demen banget nongkrong di depan TV atau DVD player (lantaran kedua ortu bekerja dan baby sitternya hobby nonton tipi), ya itulah yang mereka lihat dan yakini sebagai gaya hidup yang sudah seharusnya. Kalau sebagian besar waktu kemudian dihabiskan di dalam rumah, dan hanya 1/3 di sekolah, paling banter ke mall di akhir minggu atau maen ke rumah Oma di kompleks sebelah, ya....jadilah apa yang dilihat adalah yang dianut.
Kalau semua teman pakai mobil pribadi ke kampus, dan dia satu-satunya yg pakai motor pastilah ada rasa kecil hati. Di film gak ada kok yg pakai motor. Ya kan? Kalo liburan semester teman-teman dihabiskan di Sidney atau sejelek-jeleknya Singapore, tentu si anak sebel kalo cuma harus nengok tanah keluarga di Toraja atau Jogja. Di sinetron-sinetron juga gitu sih. Kalo teman-teman lunch di Sushi Tei, Duck King, Sizzler, ato paling murah di Starbucks, boro-boro warung kampus, McD aja kerasa cemen banget. Ya ampiun mamaaaa, mana ada anak sekarang makan di warung kampus?! Malu dong Ma!
Punya uang berlebih memang menyenangkan dan baik. Karena dg itu lebih banyak yg dapat dilakukan. Tp kalau itu yg digunakan utk membesarkan anak dan membiarkan mereka tumbuh dalam kubangan kemewahan.... ??
Apakah para ortu ini demikian yakin uang mereka abadi? Atau rekening bank mereka akan terus topped up meski tidak kerja lagi, kayak periuk ajaib Dewi Sri gitu? Atau, apakah mereka yakin anak-anak akan mampu sekaya ortunya kelak? Kalau gak mampu, akankah ortunya hidup selamanya utk provide finansial anak-anak?
Ortu, harus mampu membuka mata anak-anak, bahwa tidak semua orang mampu mengenakan Tshirt Polo, sepatu Reebok atau arloji Swiss Army. Karena yang penting badan terbungkus pakaian pantas, kaki tidak kepanasan atau nginjek kotoran ayam ketika berjalan, dan ada penunjuk waktu yang mencegah mereka telat ke sekolah.
Dan anak-anak....!
Sama sekali tidak mudah menjadi ortu.
Siapa yg ganti popok ketika kalian pipis ato pup dulu? Siapa yg ajari kalian berdiri, berjalan ato naik sepeda? Beberapa anak mungkin akan menjawab :"si Mbok!" Atau "mbak Tum!" Okelah. Tapi siapa yg bayar gaji si Mbok dan Mbak Tum? Terus, siapa yang sampai pulang larut malam kecapean hanya untuk dapat gaji bulanan bekal menghidupi seluruh anggota keluarga? Siapa yg meski lelah tapi harus terjaga sepanjang malam mengganti kompres di jidat kalian ketika demam?
Berhentilah marah pd ortu. Mungkin mereka tak sehangat Dr. Huxtable. Mungkin tak sekaya Donald Trump. Tapi, Dr. Huxtable hanya cerita fiksi. Dan apakah kalian yakin anak2 Trump berbahagia? Tahukah kalian andai mereka ternyata lebih tidak bahagia daripada kalian? Ketika mereka sakit, yakinkah kalian ortu mereka berjaga sepanjang malam di sisi tempat tidur? membacakan doa, membacakan dongeng, menyanyikan lullaby?
Ketika kalian sakit, mendapat masalah, musibah, tahukah kalian bahwa ada orang yg lebih tersakiti drpd kalian? Hati orangtua memang tak berbicara. Tapi DNA mereka yg menduduki setiap keping sel di tubuhmu, dan kasihsayang mereka yg mengalir dlm tiap mililiter darahmu, sanggup merasakan nyeri yg kalian rasa. Lebih dalam, malah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar