Selamat datang di ruang ventilasi

Kumpulan tulisan ringan tanpa tendensi. Tidak untuk dibaca dengan kening berkerut, apalagi sampai lapor polisi....

Senin, 08 Februari 2010

DODOL dan DUREN (tulisan gak penting)


Dodol. Inilah kata yang paling banyak kuucapkan dalam tiga hari terakhir. Gara-gara serangan virus antah berantah yang membuat tulang-tulangku serasa gigi yang sedang dibor. Nyiiiiittttt.... Alhasil aku terkapar di tempat tidur. Tidak bisa beraktivitas dan rugi waktu tapi tak kuasa protes, aku cuma bisa berkali-kali mengumpat diri sendiri "dodol, dodol!".

Kenapa dodol sih?!


Aku juga tidak tahu sejak kapan dan siapa yang pertama kali menjadikan kata yang aslinya berarti makanan manis yang jemek-lembek-dekil ini menjadi umpatan. Tadinya, kayaknya kata ini masuk dalam genre "tingkat kecerdasan" bersama dengan blo'on, bodoh, tolol, dsb. Tapi berbeda dengan yang lain, dodol punya area yang sedikit lebih luas. Di dalamnya ada nuansa konyol. Jadi "dodol" dikonotasikan untuk seseorang yang "rada konyol dan rada blo'on". Gitu deh kira-kira.



Meskipun kalau diucapkan bunyinya mirip dengan teman-temannya (kebanyakan sama-sama diakhiri vokal O kan?), dodol ternyata terdengar lebih manis. Sama dengan kata aslinya yang makanan manis jemek-lembek-dekil itu tadi. Coba deh. Beda lho dimaki "goblok lu!" dengan "dodol deh lu!". Ada sentuhan "mesra" terselip di dalamnya (ck ck ck...!). Mungkin mirip dengan penggunaan makian "matamu" di kalangan anak-anak muda Jogja. Yang bukan orang Jawa tak kasih tahu ya, "matamu" itu sebetulnya makian paling kasar di jagat. Tahu kenapa? karena kata "mata" hanya digunakan untuk hewan. Untuk manusia, sekasar-kasarnya adalah "mripat". yang lebih halus "tingal". Jadi, kalau seseorang dimaki "matamu" itu sama dengan menyejajarkan dirinya dengan para penghuni kandang. Tapi anehnya, di Jogja orang tidak tersinggung dimaki "matamu", paling-paling nyengir doang. Soalnya kata ini diucapkan antar teman. Yang mengucapkan pun biasanya sambil senyum-senyum. Jadi ini makian sayang, gitu. Sama seperti "dodol" kita tadi.



Nah, sekarang duren. Durian (Durio dulcis) belum pernah dijadikan makian, sih. Ini semata-mata sentimen pribadi. Eh, tapi sebetulnya nggak terlalu pribadi juga lho. Fakta ilmiah menyokong bahwa buah ini bisa digolongkan dalam "makanan jahat". Jangan protes dulu...! Pertama, kulitnya aja bisa bikin cedera (apalagi kalau ikut ditelan, hehehee). Kedua, baunya menyebabkan polusi udara. Kakakku pernah bawa duren dalam avanzanya. Sampai berminggu-minggu gak ilang tuh bau, meskipun kaca mobil dibuka terus. Pening, tauk?! Ketiga (nah, ini), kandungan gula dalam duren tuinggiiiii. Tenan ki! Ada seorang teman pernah bilang, "Aku sih kalo milih duren ga yang manis, kok. Aku lebih suka yang rada-rada pahit gitu". Lucu deh dia. Pahit itu kan dikarenakan kandungan alkohol yang tinggi. Emang alkohol apaan? Alkohol kan gula juga, dodol (naaa keluar dodolnya...)! Efek alkohol apa? Baca sendiri ah! Di wikipedia juga ada kok. Yang jelas, sudah sering sekali ada cerita seseorang mendadak harus diopname di RS setelah makan duren. Sayang tidak ada data resmi berapa insidennya per tahun. Yang pasti, duren dapat meningkatkan kadar gula darah berlipat-lipat dalam hitungan jam. Maka dari itu, mereka yang mengidap diabetes harus jauh-jauh dari benda ini. Kalau ngeyel tanggung sendiri akibatnya. Plis deh, jangan ngrepotin tetangga yang kudu nganter ke RS tengah malam.


Dodol dengan duren. Kalau digabungkan, logikanya pasti menjadi sesuatu yang jelek banget ya. Udah duren, dodol pula. Sama dengan topan dan badai. "Topan badai" hiperbola banget kan? tapi ternyata, dodol duren lebih sopan daripada "dodol" sendiri (sebagai umpatan) dan duren segar. Oleh karena proses pembuatan dodol duren yang bisa lama sekali di atas api kecil, menyebabkan banyak alkoholnya menguap hilang. Belum pernah dilaporkan pemasak dodol duren mabuk karena menghirup alkohol, sih. Tapi coba cium dodol duren, tidak ada bau alkohol kan? Dari segi kadar gula aku tidak tahu pasti perbedaan antara duren segar dengan lempok (dodol duren). Tapi setidaknya dia lebih aman bagi lambung (dan otak) yang sensitif terhadap alkohol.


Jadi, wahai para penikmat duren, jangan kau lupakan efek jahat buah beracun ini setiap kali engkau melahapnya. Dan yang lebih penting, Sodara-sodara, tolong jangan menyiksa "orang tak suka duren" dengan baunya yang luar biasa itu. Para pemilik supermarket atau fruit boutique (halah), tolong letakkan benda bau berduri ini di tempat yang sopan sedemikian rupa, sehingga baunya tidak menyebar ke mana-mana. Para ibu rumah tangga, tolong selalu tanyakan kepada tamu anda apakah dia suka duren sebelum anda memamerkan pudding duren atau cookies duren atau whatever duren hasil kreasi yang ibu-ibu banggakan.

Bagi yang sudah kecanduan dan pingin tapering off, ada baiknya beralih dulu pada lempok kalau tidak sanggup langsung bercerai. Tapi ya jangan sering-sering juga. Ingat gulanya, bok. Jangan sampai diopname dengan diagnosis "intoksikasi lempok".







2 komentar:

  1. Dodol stands for Dongo dan tolol, hihihi lebih sadis ya .... Kalo Duren seronok lagi maknanya, Dungu tapi keren .... wkwkwkwk

    BalasHapus
  2. Hahahaaa....bagus juga tuh akronim.

    BalasHapus